Monday, February 18, 2013

Siang di Seberang Istana-istana


Belum lama ini gue liburan UAS semester 5, dan tentu saja gue pulang kampung ke Pekalongan. Dan kebetulan gue sempet jalan-jalan ke pusat kota. Di sana gue lihat pemandangan yang biasa. Ya pemandangan biasa yang sangat biasa. Dan seperti biasanya lagi, saya merasa sedih melihatnya. Ya, hanya bisa merasa sedih seperti biasanya. "Sebenernya apa sih yang lo lihat, Zop?" Gue lihat seorang bapak-bapak duduk lesuh di pinggiran alun-alun kota. Beliau adalah seorang tukang sol dan semir sepatu, kawan. Beliau duduk, bengong melompong, melihat orang-orang yang tertawa bahagia sambil turun dari mobil-mobilnya, dan hendak masuk ke mall dan toko-toko mewah di sekitar sana. Beliau melihat mereka, tapi terlihat jika pikirannya entah lagi dimana. Ya, sekali lagi gue cuma bisa merasa sedih dan iba. Tanpa bisa membantu apa-apa.

Dan kemaren, hari Rabu, gue kuliah Audit Keuangan Sektor Pemerintah untuk pertama kali. Namun seperti kuliah mata kuliah yang lainnya, ya seperti biasa, gue gak dengerin apa yang dosen gue omongin. Seperti biasanya gue cuma corat-coret gak pasti. Dan saat itu, entah kenapa gue jadi teringat Bapak tukang sol-semir yang di Pekalongan tadi. Dan akhirnya gue ambil selembar isi binder kosong, dan gue bikin lah gambar ini.

Gambar ini gue kasih judul "Siang di Seberang Istana-istana". Dan gue kasih puisi, yang gue ambil dan gue edit dari lagunya Bang Iwan Fals yang berjudul Siang Seberang Istana. Ya, intinya ini adalah sebuah bentuk rasa sedih gue melihat Bapak sol-semir tadi. Memang hanya ini yang bisa lakuin. Setidaknya untuk saat ini. Semoga suatu saat nanti, gue bisa memberi sesuatu yang lebih berarti bagi beliau dan saudara-saudara senasib. Dan semoga beliau-beliau ini berhak diangkat derajatnya oleh Allah SWT, baik di dunia maupun akhirat. Amin ya Robbal 'alamin.


"SIANG DI SEBERANG ISTAN-ISTANA"

Seorang tua bertubuh dekil
Terbengong memangku tangan
Tertabur debu jalanan

Sebotol air bersebelah berdiri
Kawan setia sehabis bekerja
Siang di seberang istana-istana

Kotak sol semir yang sama dekil
Benteng rapuh dari lapar memanggil
Gardu dan mata para penjaga
Saksi nyata yang sudah terbiasa

Sombong melangkah istana yang megah
Seakan meludah di atas tubuh yang resah
Ribuan jerit di depan hidung dan matamu
Namun yang ku tahu, tak terasa mengganggu

Gema adzan Ashar sentuh telinga
Buyarkan bengong si tua siang tadi
Dia berdiri malas melangkahkan kaki
Diraihnya harapan digenggam tak dilepaskan lagi

Diambil dan diedit dari: Siang Seberang Istana, oleh Iwan Fals.

0 komentar :

Post a Comment