High School Damn Memories

Ini adalah buku pertama gue. Meskipun masih self-publishing dan terkesan belum maksimal, tapi gue sudah cukup bersyukur telah menghasilkan karya sebesar ini. Jika ingin membacanya, silahkan hubungi saya, dan pesan bukunya sekarang juga!

Muhammad Zopi CP17 the Close-Up Illusionist

Salah satu hobi terbesar gue adalah sulap. Gue menguasai hampir semua jenis aliran sulap, tapi lebih fokus di Close-Up Illusion atau ilusi jarak dekat. Silahkan lihat artikel dan video aksi sulap gue di sini!

Islam Aswaja NU

Organisasi Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah di Indonesia adalah Nahdlatul Ulama. NU terkenal dengan amalan sunnah-sunnahnya yang sangat banyak. Dan alhamdulillah, gue juga salah satu dari jutaan pengikut NU. Sedikit info mengenai NU bisa lo baca di sini!

Tuesday, January 22, 2013

10 Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi


Jadi ceritanya kayak gini sodara-sodara. Kemaren-kemaren, habis pulang dari kampus, seperti biasa gue langsung nyalain laptop gue. Dan seperti biasa gue langsung buka Facebook dan Twitter. Dan SEPERTI BIASA PULA, gue cuma scroll-scroll ke bawah dan ke atas lihatin Timeline gak jelas. Tiba-tiba mata gue terpaku pada sebuah tweet milik Warta NU. Tweet tersebut berbunyi gini, “10 Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi …” Disertai pula dengan link yang terhubung ke pondoktremas.com. Yah di sana ada artikel yang membahas alasan pentingnya memperingati Maulid Nabi. Dan ternyata di bawah artikel itu tertulis sumbernya adalah dari NU Online yang juga telah di post di nu.or.id. Wah, gue jadi semakin tertarik buat membacanya, bung!

“Lhah ngapain lo sebegitu tertariknya dengan artikel itu, Zop? Bukanya memperingati Maulid Nabi udah jadi kewajiban kita sebagai umat Nabi? Ngapain butuh alasan?” Yahhh, gimana ya gue bilangnya. Lo yang berpikiran begitu berarti lo adalah ORANG NU, sama kayak gue, yang sudah sewajarnya memperingatinya. Tapi anak muda, banyak umat Islam di luar sana yang ENTAH KENAPA masih ragu atau BAHKAN gak mau memperingati Maulid Nabi. Yahhh, seperti biasanya, mereka berdalil kalau Maulid itu Bid’ah lah, gak ada dasar dalilnya lah, dan alasan-alasan gak jelas lainnya. Makanya ketika gue lihat post masalah alasan pentingnya Maulid ini, gue jadi sangat tertarik. Ya, gue pengen berbagi dan jelasin ke lo semua, kenapa kita WAJIB memperingati kelahiran junjungan kita, junjungan alam semesta, kekasih Allah SWT, Sayyidina wa Maulana Muhammad SAW.

Oh ya, post ini sekalian buat menjawab pertanyaan adik kelas SMA gue. Sekitar 1-2 bulan yang lalu dia tanya ke gue masalah kenapa kita memperingati Maulid Nabi padahal gak ada dalil yang secara jelas menyuruh kita melakukannya. Ya, akhirnya dia ragu mau memperingati atau gak. Bahkan, dia ngasih lihat postingan orang siapa gitu, yang intinya dia nulis gini, “Masa orang Islam kok ngikut-ngikut agama lain? Kristen memperingati kelahiran Isa, kalian ikut-ikutan memperingati kelahiran Nabi Muhammad.” Intinya orang itu mengatakan bahwa kami, orang NU, yang suka memperingati Maulid, dikatakan meniru agama lain. Padahal sodara, orang yang ngepost itu orang Islam, ORANG ISLAM! Bener ya kata Gus Dur, jaman sekarang banyak orang yang hafal Al-Qur’an dan Hadits, tapi suka mengafirkan orang Islam lainnya. Yahhh, jujur gue emosi banget dikatain ngikut-ngikut agama lain.

Bulan maulid telah tiba. Lantunan barzanji, dhiba’, duror, dan puji-pujian kepada Rasulullah SAW menggema di setiap masjid dan musholla, bahkan lapangan. Para santri berlomba mendendangkan dengan lagu yang indah. Suara yang merdu  menambah khusyu’ hati kyai membayangkan kehadiran Kanjeng Nabi. Anak-anak kecil berkalung sarung cerah gembira menunggu jajanan yang sebentar lagi dihidangkan. Allahumma sholli wa sallim ‘alaihi. Ya Allah, cuma ngetik gini aja gue udah pengen netesin air mata. Ya, begitulah suasana maulid yang dimeriahkan umat muslim Nusantara semestinya. Bulan maulid adalah bulan suka-cita. Cerah sinarnya menyibakkan kegelapan yang menyelimuti umat manusia. Meski tradisi peringatan maulid telah berurat-akar di tanah air ini, entah kenapa sekarang banyak yang mulai bersuara gak jelas menyalahkan tradisi mulia ini. Oke, INI BUNG! Alasan kenapa kami, ORANG NU, memperingati kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW!

Dalam bukunya Kalimatun Hadi’atun fil Bid’ah, Kalimatun Hadi’atun fil Ihtifal bil Maulid, Kalimatun Hadi’atun fil Istighatsah, Dr. Oemar Abdullah Kamil, menerangkan beberapa hal yang berhubungan tentang peringatan maulid Rasulullah SAW. Ada Sepuluh alasan yang menjadikan pentingnya memperingati Maulid Nabi yaitu:

PERTAMA, bahwa Allah SWT memberkati dan mengagungkan hari dan tanah kelahiran para Nabi. Apalagi hari kelahiran Rasulullah SAW. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita sebagai umat Rasulullah memuliakan hari kelahirannya.  Hal ini berdasar pada kisah dalam sebuah hadits yang dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid VII bahwa ketika dalam perjalanan Mi’raj, Rasulullah SAW diperintahkan malaikat Jibril sholat dua rokaat di Bethlehem. Setelah Rasulullah SAW selesai sholat, Jibril lalu bertanya “apakah kamu tahu di mana kamu shalat saat itu?” Rasulullah SAW menjawab “tidak” dan Jibril berkata lagi “kamu shalat di Bethlehem tempat kelahiran Nabi Isa”. Demikian potongan hadits tersebut:

ثم قال لي انزل فصل فنزلت وصليت فقال لي اتدري اين صليت ؟ فقلت لا، قال صليت في بيت لحم بناحية بيت المقدس، حيث ولد عيسى بن مريم عليه السلام ثم ركبت فمضينا

Hadits di atas membuktikan betapa Allah dan Rasul-Nya menghormati tanah kelahiran Nabi Isa AS sebagai Nabi Allah SWT. Sekaligus juga menunjukan kesadaran beliau akan arti sebuah sejarah bagi kehidupan umat manusia.

Demikian pula Allah SWT merahmati hari hari kelahiran Nabi Isa dengan kesejahteraan sebagaimana temaktub dalam surat Maryam ayat 33.

وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ

“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan” (Maryam: 33)

Jikalau Allah swt memberkati hari kelahiran Nabi Isa as, bukankah berarti hari kelahiran Rasulullah saw lebih diberkati dan dilimpahi kesejahteraan? Sesungguhnya semua hari itu sama, diciptakan dan ditentukan oleh Allah SWT, oleh karenanya Allah berhak memuliakan dan meng-istimewakan hari-hari pilihan-Nya. Hal ini dapat dibuktikan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an dimana Allah  dengan TEGAS menentukan nilai dari hari-hari (ayyam) tersebut. Diantaranya dalam Surat Ibrahim ayat 5 dan al-Jatsiyah ayat 14

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآياتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”” (Ibrahim: 5)

قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (al-Jasiyah: 14).

Alasan KEDUA,bertolak dari kisah Abu Lahab, paman Rasulullah SAW yang memerdekakan budaknya bernama Tsuwaibah al-Aslamiyyah pada hari kelahiran Rasulullah SAW. Begitu girangnya Abu Lahab atas kelahiran keponakannya yang bernama Muhammad SAW, sehingga ia memerdekakan Tsuwaibah al-Aslamiyyah yang sekaligus berlaku sebagai orang pertama yang menyusui Muhammad SAW.

Walaupun dalam Surat al-Lahab, Allah SWT telah memfonisnya sebagai orang yang celaka di dalam neraka, tetapi berkat rasa girangannya semasa hidup atas kelahiran Muhammad SAW, ia pun mendapatkan syafaat setiap hari senin dengan merasakan kesejukan. Begitulah diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Bidayah wan Nihayah halaman 272-273.

Cerita Ibnu Katsir ini juga termuat dalam hadits shahih Bukhari “sesungguhnya Abu Lahab berkata kepada saudaranya Abbas di dalam mimpinya: “sungguh dia telah meringankan penderitaanku setiap hari senin””.

Begitu pentingnya riwayat ini sehingga al-Hafidz Syamsyuddin bin Nashiruddin ad-Dimasyqi dalam kitabnya Mawridus Shadi fi Maulidil Hadi menuturkan:

“Jikalau seorang kafir ini telah dicela dengan ‘tabbat yada…’ yang kekal di neraka.Telah diringankan setiap hari Senin karena bergembira dengan kelahiran Muhammad. Maka, apa yang kira-kira akan dianugerahkan kepada hamba yang selalu berbahagia dengan kelahiran Rasul-Nya selama hayat hingga meninggal dalam Islam?”

Tuh, kira-kira apa yang bakalan didapat warga NU yang selalu memperingati Maulid Nabi bahkan setiap malam Jum’at juga memperingatinya? Insya Allah keberkahan yang tidak ternilai tentu saja.

Alasan KETIGA mengapa harus memperingati hari Maulid adalah bahwa Rasulullah SAW sendiri mementingkan berpuasa pada hari tersebut. Yaitu setiap hari senin seperti yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah dalam Imam Muslim;

عَنْ اَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ اْلِاثْنَيْنِ ؟ فَقاَلَ ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ اَوْ اٌنْزلَ عَلَيَّ فِيْهِ

“Dari Abu Qotadah R.A, sesungguhnya Rosululullah SAW ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab: "Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus atau hari mulai diturunkannya wahyu"”. (HR Muslim)

Sabda ”yauma wulidtu fihi (itu adalah hari aku dilahirkan)” adalah kalimat yang MENEKANKAN betapa hari tersebut sangatlah berharga bagi Rasulullah SAW, sehingga beliau berpuasa di hari itu. Meskipun tidak ada perintah langsung dari Rasulullah mengenai penghormatan tersebut, tetapi bagi umat yang TAHU DIRI tentunya hadits tersebut telah LEBIH DARI cukup untuk menjadi tanda.

Alasan KEEMPAT adalah bahwa Rasulullah SAW sangat mementingkan nilai kesejarahan sebuah kejadian. Sebagaimana beliau sadari bahwa waktu tidak mungkin kembali lagi. Manusia hanya bisa mengingat momentum tersebut dan menjadikannya sebagai “ibroh” pelajaran di masa kini dan masa depan. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa di hari 10  bulan Muharram (asyuro’) untuk memperingati kemenangan Nabi Musa AS atas Raja Fir’aun. Demikian tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas Radiyallahu ‘anhu dalam Shahih Bukhari No. 1900,

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِيْنَةَ فَرَأَى اليَهُوْدَ تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاء فَقَالَ:ماَ هَذَا؟ قَالُوْا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوْسَى. قَالَ: فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Tatkala Nabi Shallallahu’alaihi wasallam datang ke Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘Alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi).” Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”. [HR Al Bukhari]

Kesadaran Rasulullah SAW atas pentingnya nilai sejarah haruslah kita teladani. Diantara bukti peneladanan tersebut tentu saja dengan mengadakan peringatan maulid Nabi kita sendiri.

Alasan KELIMA adalah sebuah hadits yang dijadikan landasan oleh as-Suyuthi dalam kitabnya Husnul Maqashid fi ‘Amalil Maulid bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW mengakikahkan dirinya setelah menerima wahyu kenabian. Padahal telah diriwayatkan bahwa Abdul Muthallib, sang kakek Rasulullah itu, telah mengakikahkannya pada hari ke tujuh setelah kelahirannya, sedangkan akikah tidak perlu diulang dua kali. Oleh karena itu, menurut As-Suyuthi hadits ini memiliki makna lain bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakannya sebagai rahmat bagi seluruh alam serta penghormatan untuk semua umatnya. Sebagaimana beliau bershalawat atas dirinya sendiri. Oleh sebab itu, kita juga disunnahkan untuk memperlihatkan rasa syukur atas kelahiran Rasulullah SAW dengan berkumpul sesama saudara, kawan, memberi makan fakir miskin serta bentuk-bentuk peringatan lain yang menunjukkan kebahagiaan.

Alasan KEENAM adalah keterangan dari beberapa hadits yang mengistimewakan hari Jum’at sebagai hari kelahiran Nabi Adam AS. Hal ini bisa dijadikan qiyas (analogi) kemuliaan hari kelahiran Rasulullah SAW. Dalam sunan at-Turmudzi hadits no. 491, Rasulullah SAW menyatakan bahwa:

خيريوم طلعت فيه الشمس يوم الجمعة فيه خلق أدم

“Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, hari diciptakannya nabi Adam”.
Begitu juga yang diriwayat an-Nasa’ai dan Abu Daud dengan sanad Sahih bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق أدم وقبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي

“Sesungguhnya hari yang paling mulia diantara hari-hari kalian adalah hari jum’at. Pada hari itulah Adam diciptakan, diwafatkan, ditiupkan ruh dan dibangkitkan. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku (kepada Rasulullah saw) pada hari itu. Sesungguhnya shalawat kalian akan sampai padaku…”

Sebenarnya objek kajian dalam dua hadits di atas tidak sekedar keistimewaan hari Jum’at tetapi momentum yang termuat di dalamnya yaitu hari kelahiran, hari kewafatan dan hari kebangkitan Nabi Adam AS sebagai bapak manusia. Dengan kata lain, kemuliaan dan keagugan itu sama sekali tidak mengacu pada hari itu sendiri. Melainkan pada apa yang pernah terjadi pada hari itu. Dengan demikian, ia bisa diperingati berulang-ulang, baik setiap minggu, atau setiap tahun sebagai wujud rasa syukur kepada Allah ata nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Jadi jelas kan kenapa orang NU membaca Maulid seperti barzanji, dhiba’, dll setiap malam jum’at? Ya karena kita memperbanyak sholawat di malam Jum’at. Karena hadits di atas pun mengatak demikian.

Selaras dengan hal itu adalah alasan KETUJUH yang mengambil pelajaran dari kisah para nabi (Nabi Yahya, Nabi Isa, dan Maryam ) yang diceritakan dalam Al-Qur’an dengan tujuan meneguhkan hati Rasulullah SAW sebagai seorang rosul. Sebagaimana disebutkan dalam surat Hud ayat 120:

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.”

Artinya, kisah-kisah Nabi yang diceritakan Allah swt kepada Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur’an sebenarnya bertujuan untuk menguatkan hati Rasulullah SAW. Maka kisah tentang kehidupan Rasulullah SAW (sirah nabi) yang disebut-sebut dalam acara maulidurrasul berfungsi sebagai peneguh hati (kita) umatnya. Bukankah hal ini sebuah kebaikan dan perlu dilestarikan? Sekali lagi tahu kan kenapa kami orang NU selalu dan selalu memperingati Maulid gak cuma setiap tahun, tapi SEPANJANG tahun?

Alasan KEDELAPAN adalah alasan yang bersifat sosiologis. Peringatan Maulid Nabi merupakan wasilah untuk melaksanakan berbagai macam kebaikan, apalagi tradisi masyarakat kita yang selalu melaksanakan bersama-sama. Secara otomatis hal ini akan menambah syiar agama Islam itu sendiri sebagaimana dengan shalat Jum’ah. Dan lebih dari itu perkumpulan ini selalu menuntut berbagai macam kegiatan yang baik-baik. Sebut saja pengajian, majlis ta’lim, berdzikir, bersedekah dan yang pasti adalah membaca shalawat dan menutur cerita kehidupan Rasululllah SAW. Seperti yang diperintahkan oleh Allah swt dalam Surat al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu sekalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan makna ayat tersebut bahwa Allah SWT menunjukkan kepada manusia derajat tingginya Rasulullah SAW, sehingga Allah SWT membacakan shalawat kepadanya. Dan memerintahkan semua manusia dan juga para malaikat untuk bershalawat juga.
Perintah bershalawat kepada Rasulullah SAW dan bukanlah sesuatu yang dilarang bahkan Rasulullah SAW memperbolehkannya. Demikian yang diceritakan oleh sebuah hadits sebagaimana disebut dalam shahih al-Bukhari yang diriwayatkan oleh Salmah bin al-Akwa’:

“Kami berperang bersama Rasulullah SAW dalam perang Khaibar. Saat itu kami berangkat pada malam hari. Lalu ada seorang lelaki berkata kepada Amir bin Akwa’ “maukah kamu memperdengarkan kepada kami bait-bait syairmu?” Amir adalah seorang penyair. Lalu dia tinggal beberapa waktu dan bersyair:

Tidak kami maupun mereka akan mendapatkan petunjuk jika bukan karenamu
Tidak juga kami akan bersedekah atau bersembahyang
Maka maafkanlah kami ketika membelamu
Dan tetapkanlah kaki kami ketika bertemu musuh
Berikanlah ketenangan atas kami
Sungguh jika kami diseur, kami akan datang

Itu menunjukkan bahwa sholawat kepada Nabi yang bermacam-macam bentuknya seperti sekarang itu sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW dulu. Sama seperti sholawat yang dilantunkan kaum Anshor ketika menyambut kedatangan Nabi. Anehnya kenapa ada orang-orang yang bilang kalau sholawat itu Bid’ah bahkan Dlolalah? Pfffffffttt. Gimana ya gue ngomongnya, pakai otak dong bung kalau ngomong!

Alasan KESEMBILAN adalah Surat Yunus ayat 58 yang berbunyi

قل بفضل الله وبرحمته وبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون

“Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan.” (Yunus: 58)

Apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam ulumul qur’an diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya as-Suyuthi dalam ad-Durrul Mantsur menafsirkan kata rahmat dengan Surat al-Anbiya ayat 107:
وماأرسلناك إلا رحمة للعالمين

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (al-Anbiya: 107)

Sebagaimana dikutip dari Ibnu Abbas:

وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس فى الأية قال: فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم : قال الله (وما أرسلنك إلا رحمة للعالمين)

“Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah SWT adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muahammad SAW. Allah SWT telah berfirman (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam)” (al-Anbiya: 107)

Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah SAW memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi “hendaklah mereka bergembira” secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambit gembira atas rahmat tersebut. bukankah ini alasan yang sangat penting mengapa kita harus bergembira menyambut maulidurrasul?

Sedangkan alasan yang KESEPULUH pentingnya memperingati maulidurrasul adalah tidak adanya hukum yang jelas-jelas MELARANGNYA. Meskipun melaksanakan peringatan maulid juga bukanlah termasuk ibadah tauqifiyah. Namun peringatan ini seringkali menjadi wahana mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang tentu saja sangat dianjurkan.

Oleh karena itu, jika kacamata syari’at mengategorikan berbagai macam praktek ibadah menjadi dua yaitu yang disenangi dan dibenci, maka memperingati hari Maulid dapat dikategorikan sebagai ibadah yang disenangi syariat.

Demikianlah sepuluh alasan mengapa umat muslim perlu memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW yang dijabarkan oleh Omar Abdullah Kamel dalam kitabnya Kalimatun Hadi’atun fil Bid’ah, Kalimatun Hadi’atun fil Ihtifal bi Maulid, Kalimatun Hadi’atun fil Istighatsah.

Oke sekian dulu tulisan gue kali ini. Panjang banget bin ngkloter-ngkloter emang, tapi insya Allah bermanfaat. Semoga bagi kita, khususnya orang NU, yang memang selama ini sudah memperingati Maulid Nabi, semoga kita semakin yakin dan semakin bersemangat dalam menjalankannya. Bagi lo yang masih ragu atau belum yakin dengan peringatan Maulid Nabi, semoga dengan membaca ini lo bisa yakin untuk memperingati kelahiran Nabi besar junjungan kita ini.

Sekian dari gue. Wallahul muwafiq ila aqwamiththoriq, tsummassalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Wednesday, January 9, 2013

Hobbies at Corner

















Rabu, 9 Januari 2013, jam 11.00 WIB, gue kuliah Audit Keuangan Sektor Komersial di rung J307 Gedung J Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. "Terus kenapa Zop? Kita gak peduli tuh lo jam segitu lagi ngapain." Berisik emang lo ya?! Kalau gitu gak usah buka blog gue dong!

Ya sodara-sodara, jadi itu adalah kuliah AKSK terakhir gue. Jadi hari Senin tanggal 14 Januari ntar gue udah UAS, makanya minggu ini semua kuliah akan berakhir. Nah yang namanya mahasiswa, tugasnya waktu di kelas apaan? Ya, bener banget, Tidur. BUKAN! Maksudnya ya belajar lah ya. Ya itu kalau mahasiswa yang bener. Kalau yang gak bener kayak gue? Ya tidur itu tadi.

Nah tadi waktu kuliah AKSK terakhir itu, gue duduk paling belakang (seperti biasanya), otomatis kesempatan baik buat tidur. Tapi sodara, anda gak akan berani tidur saat kuliah AKSK. Karena dosen AKSK gue itu... gimana ya ngomongnya... gak serem sih... tapi kalau ngomong menyakitkan (maaf-maafan lagi ya pak?). Nah jadi gak mungkin gue mau tidur, atau bisa-bisa dikatain yang sengata-ngatainnya orang ngatain deh. Dan daripada gue nganggur dan bengong gak jelas, ya udah gue PINJEM aja pulpen dari temen gue, Tia. Gue pinjem pulpen, dan gue keluarin selambar (lagi) kertas binder. SREEETTTTT! Dan gue mulai nggambar corat-coret gak jelas.

Setelah corat-coret sambil ngobrol sama Mega, temen yang duduk sebelah gue, dan juga sesekali lihatin muka dosen dan pura-pura ngangguk-ngangguk selama kira-kira 1,5 jam, gue lihat kertas, tahu-tahu udah jadi gambar ini. Yaudah deh akhirnya gue tanda tangan aja dan gue upload deh di Twitter dan blog! Gak peduli sama cerita gue? Yaudah pergi sono! "Ceilee gitu aja ngambek ~ Senyum dong :3" Berisik lo homo!

Udah dulu ya, males nih gue ada si homo yang berisik banget itu.

Oh ya, maksud dari gambar yang gue kasih judul "Hobbies at Corner" ini ya bisa lo lihat sendiri kan ya? Gue coba nggambar some stuffs yang berhubungan dengan hobi-hobi gue, yang ada di pojok ruangan. Ada kartu yang nunjukin sulap, kertas gambar-pensil-penghapus buat nggambar, palet dan kuas buat ngelukis, dan tentu saja ada gitar juga. So, that is my (useless) product today. Sekian dan terima kasih.

Thursday, January 3, 2013

Halal-Haram Mengucapkan Selamat Natal


Jadi ini lah artikel pertama yang gue tulis sendiri mengenai hal yang berkaitan dengan Islam, khususnya Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan lebih khususnya lagi Nahdlatul Ulama. “Oke jadi apa yang bakalan lo bahas Zop?” Jadi sodara, yang akan saya bahas di sini adalah mengenai kontroversi halal-haram mengucapkan selamat Natal.

“Tapi Zop, bukannya Natal udah kelewat? Ngapain lo bahas masalah itu lagi?” Jadi, tadi siang waktu kuliah, temen gue yang katanya telah menganggap gue sebagai kakaknya – TSAHHHHH –, Amri Vannutury Sinaga, menanyakan suatu hal kepada gue. Amri adalah temen deket gue, dan dia seorang Kristiani, tapi seneng dengan hal-hal semacam ini. Bahkan dia pernah bilang bahwa dia sangat mengagumi sosok Gus Dur dan juga NU. Nah, jadi dia tanya ke gue gini, “Mas, mas Sopi kan orang Islam, kenapa mas ngucapin selamat Natal kepada saya waktu Natal kemaren? Bukannya saya denger MUI mengharamkan itu?” Waktu denger pertanyaan itu, gue spontan menjawab, “Yahhh, mau MUI mengharamkan juga, karena NU menghalalkan, ya saya ngucapin ke temen-temen aja mas. Apalagi ke mas yang katanya udah nganggep saya sebagai kakak mas. Hahahaha.” Dia lanjut tanya lagi, “Oh iya NU menghalalkan mas? Bisa kasih lihat apa pun lah yang bisa jadi bukti bahwa NU menghalalkan itu mas?” Nah, begitu mendengar pertanyaan kedua, gue jawab dia dengan jawaban yang sepengetahuan gue aja. Dan begitu sampai kosan, langsung deh gue googling buat cari bukti yang bisa menunjukkan ke si Amri bahwa NU MENGHALALKAN UCAPAN SELAMAT NATAL!

Jadi bung, jujur dulunya gue gak peduli peduli dengan hal ini, karena dari kecil sampai SMA gak pernah punya temen yang beragama Kristen. Tapi begitu kuliah, waktu baru tingkat 1, pas lebaran tahu-tahu ada SMS ucapan selamat Idul Fitri dari temen gue yang beragama Kristen. Gue jadi mikir, wah parah dong kalau ntar gue gak ngasih ucapan selamat Natal juga ke dia. Tapi gue pernah denger, kayaknya ada yang bilang bahwa hal tersebut diharamkan dalam Islam. Nah waktu gue silaturrahim ke salah satu guru gue, KH Alif Wasnadi  (pengasuh Ponpes Nurul Huda, Kedungwuni, Pekalongan), gue tanyakan hal ini kepada beliau. Dan beliau menjawab, “Mengucapkan selamat Natal kepada orang Kristen itu boleh-boleh saja gak papa. Asalkan kita gak ikut mengimani apa yang mereka percayai. Intinya hanya sebagai wujud persaudaraan kita terhadap mereka. Jadi silahkan aja gak papa kalau kamu mau ngucapin ke temen kamu, fi.” Langsung gue jawab NGGIH PAK KYAI! Alias SIAP!

Nah dari jawaban guru gue itu sebenernya gue pribadi sudah yakin 100% bahwa insya Allah hal tersebut halal. Namun ketika ada temen yang nanya, tetep lah gue cari dasar-dasar yang lainnya. Nah, sebelumnya, si Amri ini tadi ngirim kutipan kutipan dari Fatwa MUI 7 Maret tahun 1981 yang dalam suatu website dikatakan “mungkin” sebagai dasar orang-orang mengatakan kalau hal tersebut haram. Jadi seperti ini bunyinya:

Majelis Ulama Indonesia memfatwakan:
1.       Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
2.       Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram.
3.       Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.

Nah kalau dilihat di situ, gak ada satu pun kalimat yang berbunyi, “Memberikan ucapan Natal hukumnya haram.” Mungkin mengucapkan selamat Natal memang bisa dikategorikan sebagai hal syubhat, tapi di fatwa itu berbunyi, “dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.” Nah menurut gue, yang dimaksud dari kegiatan perayaan Natal di situ ya kegiatan yang bersifat ritual. Jadi kalau sekedar memberikan ucapan selamat sih, menurut gue ya, itu tidak termasuk dalam ayat fatwa tersebut. So, menurut gue ya, hal itu dihalalkan.

By the way, ternyata sahabat gue dari kecil, Ahmad Rodif Hafidz juga kemaren-kemaren menulis artikel mengenai hal ini di website-nya. Di artikel ada kalimat yang menarik perhatian gue,

“Sedangkan dari pendiskusian Kamis malam (20/12) di Sekretariat PMII Komisariat Kentingan bersama sahabat dan sahabati sempat terlontar sebuah statement yang dijadikan dasar oleh penganut Ahlus Sunnah wal Jamaah terkait soal keimanan karena yang dipermasalahkan dalam kasus ini adalah dikhawatirkan ketika seorang muslim mengucapkan selamat Natal berarti dia juga mengimani agama lain. Dalam pendapat tersebut disebutkan bahwa, iman itu diucapkan dengan lisan, diyakini dengan hati dan direalisasikan dengan amal perbuatan, ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Kalau dilihat dari standar keimanan yang ada 3 itu, maka seharusnya sih mengucapkan selamat Natal itu bagi umat Islam tidak mempengaruhi kadar keimanannya. Karena kita hanya mengucapkan, tidak meyakini dan merealisasikan ajaran umat Kristen itu. So, sekali lagi kalau dilihat dari situ sih, sekali lagi menurut gue hal tersebut memang masih dihalalkan.

Gue juga kebetulan tadi nemu ini nih di antarajatim.com:

“Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan memberi ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani halal.
Hal tersebut disampaikan Suryadharma dalam konferensi pers usai peluncuran laman berita Islam dan Konferensi Internasional tentang Fatwa di Jakarta, Senin.
"Perlu diketahui bahwa pemerintah mendorong terciptanya kerukunan antarumatberagama, jadi tidak ada masalah dengan memberi ucapan selamat Natal. Ya, itu halal," katanya menanggapi adanya pendapat sebagian ulama bahwa mengucapkan selamat Natal haram hukumnya.”

Nah Menteri Agama juga menghalalkan tuh. Jadi? Ambil kesimpulan sendiri deh ya.

Oke, sekarang gue keluarin nih bukti bahwa NU memang menghalalkan hal tersebut. Dalam sebuah artikel yang gue baca di dakwatuna.com:

“Menanggapi pernyataan Menteri Agama Suryadharma Ali bahwa memberi ucapan selamat natal itu dibolehkan, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Masdar Farid Mas’udi pun turut menyetujui.
Menurut Masdar, tidak ada salahnya mengirimkan ucapan selamat natal kepada pemeluk agama Kristen. “Saya juga mengucapkan,” kata dia, Senin (24/12) sore, sebagaimana dilaporkan Republika Online.
Saling mengucapkan selamat, kata dia, berarti adanya saling menghargai antarpemeluk agama. Dan mengucapkan selamat natal tidak ada salahnya dalam aturan agama Islam.”

Terus, gue juga ambil dari beberapa postingan di website resmi NU, di sana tertulis gini:

“Nahdlatul Ulama (NU) memiliki tiga pamungkas yang sangat jitu dalam bermasyarakat pada umumnya, ialah Ukhuwah Basyariyah (kemanusiaan), Ukhuwah Wathaniyah (kenegaraan), dan Ukhuwah Diniyah (keagamaan). Dari dalam inti yang paling urgen adalah Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan dalam Islam dan mempunyai cabang persaudaraan seperti tiga pilar di atas.
mplementasi dari ukhuwah yang disematkan oleh NU dan dipublikasikan kepada publik termasuk diantaranya persaudaraan kemanusiaan. Ketika menyangkut kemanusiaan maka tidak lain semua orang yang berada di dunia ini adalah saudara orang NU, tidak lain pula dengan umat non-Islam seperti Kristen. Islam dalam kancah ini adalah firqoh NU memberikan kewenangan umat kristiani untuk beribadah dengan tenang dan penjagaan terhadapnya.”

Nah dari situ lah NU menghalalkan mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristen. Bahkan Banser (Barisan Ansor Serbaguna) setiap tahunnya selalu ikut serta dalam menjaga keamanan dan kenyamanan acara peringatan Natal di beberapa gereja di seluruh Indonesia.

“Kepala Satkorwil Banser Jawa Timur, H Imam Kusnin Ahmad SH mengungkapkan, bantuan pengamanan oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser ) merupakan kegiatan rutin tahunan, semenjak diinstruksikan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
“Diminta atau tidak, Banser terus melakukan,” katanya terkait kegiatan pengamanan sepuluh Banser  Barisan Ansor Serbaguna (Banser ) yang tersebar di wilayah Jawa Timur pada Hari Natal, Rabu 25 Desember 2012.
Waktu itu, kata Kusnin, Gus Dur sebagai ketua PBNU mengintruksikan agar Banser diterjunkan untuk membantu pengamanan di setiap natal dan tahun baru.
Intruksi itu dilanjutkan saat KH Hasyim Muzadi menjadi Ketua PBNU, juga saat PBNU dijabat oleh KH Said Aqil Siroj ini. “Karena kiai sudah perintahkan maka kami laksanakan hingga saat ini,’’ katanya saat bertugas di Surabaya.”

Ada lagi nih di salah satu artikel di nu.or.id,

“Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, menegaskan pentingnya menjalankan prinsip toleransi di tengah perayaan Natal dan Tahun Baru 2013. Radikalisme dalam bentuk teror dinilai justru merusak nama Islam dan Indonesia di mata dunia internasional.
"Saya secara pribadi dan atas nama Nahdlatul Ulama mengapresiasi apa yang dilakukan GP Anshor dengan keikutsertaannya mengamankan Natal dan Tahun Baru. Terciptanya keamanan tugas kita bersama, termasuk masyarakat sipil yang tidak bergabung di Ormas juga harus bisa menciptakan rasa aman," pungkas Kiai Said.”

Oke makin kelihatan kan bukti NU menghalalkan ucapan selamat Natal. Kemudian seperti yang dikatakan sahabat Rodif, yang memang gue sendiri juga membacanya, bahwa KH. A. Mustofa Bisri dan KH. Salahuddin Wahid, dalam tweet-nya beliau berdua menyatakan bahwa tidak haram hukumnya bagi umat Islam untuk mengucapkan selamat Natal.

Jadi fix sudah bahwa NU memang menghalalkannya. Dan dengan gini, pertanyaan dari Amri juga terjawab kan? Oke masalah selesai kalau gitu. Intinya, NU menghalalkan umat Islam untuk mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristen. Tapi bagi saudara-saudara yang berpandangan bahwa hal itu haram, ya udah gak papa. Intinya monggo kerso aja, yang mau mengucapkan ya silahkan, yang gak juga gak papa. Yang penting jangan rusuh dan memecah persatuan antar umat beragama dan persatuan bangsa.

Oke sekian tulisan gue kali ini. Dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalam.