Jadi ceritanya kayak gini
sodara-sodara. Kemaren-kemaren, habis pulang dari kampus, seperti biasa gue
langsung nyalain laptop gue. Dan seperti biasa gue langsung buka Facebook dan
Twitter. Dan SEPERTI BIASA PULA, gue cuma scroll-scroll ke bawah dan ke atas
lihatin Timeline gak jelas. Tiba-tiba mata gue terpaku pada sebuah tweet milik
Warta NU. Tweet tersebut berbunyi gini, “
10
Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi …” Disertai pula dengan link
yang terhubung ke
pondoktremas.com.
Yah di sana ada artikel yang membahas alasan pentingnya memperingati Maulid
Nabi. Dan ternyata di bawah artikel itu tertulis sumbernya adalah dari NU
Online yang juga telah di post di
nu.or.id. Wah, gue jadi semakin tertarik buat membacanya, bung!
“Lhah ngapain lo sebegitu tertariknya dengan artikel itu, Zop? Bukanya
memperingati Maulid Nabi udah jadi kewajiban kita sebagai umat Nabi? Ngapain
butuh alasan?” Yahhh, gimana ya gue bilangnya. Lo yang berpikiran begitu
berarti lo adalah ORANG NU, sama kayak gue, yang sudah sewajarnya
memperingatinya. Tapi anak muda, banyak umat Islam di luar sana yang ENTAH
KENAPA masih ragu atau BAHKAN gak mau memperingati Maulid Nabi. Yahhh, seperti
biasanya, mereka berdalil kalau Maulid itu Bid’ah lah, gak ada dasar dalilnya
lah, dan alasan-alasan gak jelas lainnya. Makanya ketika gue lihat post masalah
alasan pentingnya Maulid ini, gue jadi sangat tertarik. Ya, gue pengen berbagi
dan jelasin ke lo semua, kenapa kita WAJIB memperingati kelahiran junjungan
kita, junjungan alam semesta, kekasih Allah SWT, Sayyidina wa Maulana Muhammad
SAW.
Oh ya, post ini sekalian buat
menjawab pertanyaan adik kelas SMA gue. Sekitar 1-2 bulan yang lalu dia tanya
ke gue masalah kenapa kita memperingati Maulid Nabi padahal gak ada dalil yang
secara jelas menyuruh kita melakukannya. Ya, akhirnya dia ragu mau memperingati
atau gak. Bahkan, dia ngasih lihat postingan orang siapa gitu, yang intinya dia
nulis gini, “Masa orang Islam kok ngikut-ngikut
agama lain? Kristen memperingati kelahiran Isa, kalian ikut-ikutan memperingati
kelahiran Nabi Muhammad.” Intinya orang itu mengatakan bahwa kami, orang
NU, yang suka memperingati Maulid, dikatakan meniru agama lain. Padahal sodara,
orang yang ngepost itu orang Islam, ORANG ISLAM! Bener ya kata Gus Dur, jaman
sekarang banyak orang yang hafal Al-Qur’an dan Hadits, tapi suka mengafirkan
orang Islam lainnya. Yahhh, jujur gue emosi banget dikatain ngikut-ngikut agama
lain.
Bulan maulid telah tiba. Lantunan
barzanji, dhiba’, duror, dan puji-pujian kepada Rasulullah SAW menggema di
setiap masjid dan musholla, bahkan lapangan. Para santri berlomba mendendangkan
dengan lagu yang indah. Suara yang merdu menambah khusyu’ hati kyai
membayangkan kehadiran Kanjeng Nabi. Anak-anak kecil berkalung sarung cerah
gembira menunggu jajanan yang sebentar lagi dihidangkan. Allahumma sholli
wa sallim ‘alaihi. Ya Allah, cuma ngetik gini aja gue udah pengen netesin
air mata. Ya, begitulah suasana maulid yang dimeriahkan umat muslim Nusantara
semestinya. Bulan maulid adalah bulan suka-cita. Cerah sinarnya menyibakkan
kegelapan yang menyelimuti umat manusia. Meski tradisi peringatan maulid telah
berurat-akar di tanah air ini, entah kenapa sekarang banyak yang mulai bersuara
gak jelas menyalahkan tradisi mulia ini. Oke, INI BUNG! Alasan kenapa kami,
ORANG NU, memperingati kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW!
Dalam bukunya Kalimatun
Hadi’atun fil Bid’ah, Kalimatun Hadi’atun fil Ihtifal bil Maulid, Kalimatun
Hadi’atun fil Istighatsah, Dr. Oemar Abdullah Kamil, menerangkan beberapa
hal yang berhubungan tentang peringatan maulid Rasulullah SAW. Ada Sepuluh
alasan yang menjadikan pentingnya memperingati Maulid Nabi yaitu:
PERTAMA, bahwa Allah SWT
memberkati dan mengagungkan hari dan tanah kelahiran para Nabi. Apalagi hari
kelahiran Rasulullah SAW. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita sebagai umat
Rasulullah memuliakan hari kelahirannya. Hal ini berdasar pada kisah
dalam sebuah hadits yang dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid
VII bahwa ketika dalam perjalanan Mi’raj, Rasulullah SAW diperintahkan malaikat
Jibril sholat dua rokaat di Bethlehem. Setelah Rasulullah SAW selesai sholat,
Jibril lalu bertanya “apakah kamu tahu di mana kamu shalat saat itu?”
Rasulullah SAW menjawab “tidak” dan Jibril berkata lagi “kamu shalat di
Bethlehem tempat kelahiran Nabi Isa”. Demikian potongan hadits tersebut:
…ثم
قال لي انزل فصل
فنزلت وصليت فقال لي
اتدري اين صليت ؟
فقلت لا، قال صليت
في بيت لحم بناحية
بيت المقدس، حيث ولد
عيسى بن مريم عليه
السلام ثم ركبت فمضينا
Hadits di atas membuktikan betapa
Allah dan Rasul-Nya menghormati tanah kelahiran Nabi Isa AS sebagai Nabi Allah SWT.
Sekaligus juga menunjukan kesadaran beliau akan arti sebuah sejarah bagi
kehidupan umat manusia.
Demikian pula Allah SWT merahmati
hari hari kelahiran Nabi Isa dengan kesejahteraan sebagaimana temaktub dalam
surat Maryam ayat 33.
وَالسَّلامُ
عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ
“Dan kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan” (Maryam: 33)
Jikalau Allah swt memberkati hari
kelahiran Nabi Isa as, bukankah berarti hari kelahiran Rasulullah saw lebih
diberkati dan dilimpahi kesejahteraan? Sesungguhnya semua hari itu sama,
diciptakan dan ditentukan oleh Allah SWT, oleh karenanya Allah berhak
memuliakan dan meng-istimewakan hari-hari pilihan-Nya. Hal ini dapat dibuktikan
dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an dimana Allah dengan TEGAS menentukan
nilai dari hari-hari (ayyam) tersebut. Diantaranya dalam Surat Ibrahim ayat 5
dan al-Jatsiyah ayat 14
وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآياتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى
النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ
“Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya):
"Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan
ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”” (Ibrahim: 5)
قُلْ
لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ
لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan
orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu
kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan” (al-Jasiyah: 14).
Alasan KEDUA,bertolak
dari kisah Abu Lahab, paman Rasulullah SAW yang memerdekakan budaknya bernama
Tsuwaibah al-Aslamiyyah pada hari kelahiran Rasulullah SAW. Begitu girangnya
Abu Lahab atas kelahiran keponakannya yang bernama Muhammad SAW, sehingga ia
memerdekakan Tsuwaibah al-Aslamiyyah yang sekaligus berlaku sebagai orang pertama
yang menyusui Muhammad SAW.
Walaupun dalam Surat al-Lahab,
Allah SWT telah memfonisnya sebagai orang yang celaka di dalam neraka, tetapi
berkat rasa girangannya semasa hidup atas kelahiran Muhammad SAW, ia pun
mendapatkan syafaat setiap hari senin dengan merasakan kesejukan. Begitulah diceritakan
oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Bidayah
wan Nihayah halaman 272-273.
Cerita Ibnu Katsir ini juga
termuat dalam hadits shahih Bukhari “sesungguhnya Abu Lahab berkata kepada
saudaranya Abbas di dalam mimpinya: “sungguh dia telah meringankan penderitaanku
setiap hari senin””.
Begitu pentingnya riwayat ini
sehingga al-Hafidz Syamsyuddin bin Nashiruddin ad-Dimasyqi dalam kitabnya Mawridus
Shadi fi Maulidil Hadi menuturkan:
“Jikalau seorang kafir ini
telah dicela dengan ‘tabbat yada…’ yang kekal di neraka.Telah diringankan
setiap hari Senin karena bergembira dengan kelahiran Muhammad. Maka, apa
yang kira-kira akan dianugerahkan kepada hamba yang selalu berbahagia dengan
kelahiran Rasul-Nya selama hayat hingga meninggal dalam Islam?”
Tuh, kira-kira apa yang bakalan
didapat warga NU yang selalu memperingati Maulid Nabi bahkan setiap malam Jum’at
juga memperingatinya? Insya Allah keberkahan yang tidak ternilai tentu saja.
Alasan KETIGA mengapa
harus memperingati hari Maulid adalah bahwa Rasulullah SAW sendiri mementingkan
berpuasa pada hari tersebut. Yaitu setiap hari senin seperti yang diriwayatkan
oleh Abi Qatadah dalam Imam Muslim;
عَنْ
اَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ اْلِاثْنَيْنِ ؟ فَقاَلَ ذَلِكَ يَوْمٌ
وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ اَوْ اٌنْزلَ عَلَيَّ فِيْهِ
“Dari Abu Qotadah R.A,
sesungguhnya Rosululullah SAW ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab:
"Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus atau hari mulai
diturunkannya wahyu"”. (HR Muslim)
Sabda ”yauma wulidtu fihi (itu
adalah hari aku dilahirkan)” adalah kalimat yang MENEKANKAN betapa hari
tersebut sangatlah berharga bagi Rasulullah SAW, sehingga beliau berpuasa di
hari itu. Meskipun tidak ada perintah langsung dari Rasulullah mengenai
penghormatan tersebut, tetapi bagi umat yang TAHU DIRI tentunya hadits tersebut
telah LEBIH DARI cukup untuk menjadi tanda.
Alasan KEEMPAT adalah
bahwa Rasulullah SAW sangat mementingkan nilai kesejarahan sebuah kejadian.
Sebagaimana beliau sadari bahwa waktu tidak mungkin kembali lagi. Manusia hanya
bisa mengingat momentum tersebut dan menjadikannya sebagai “ibroh”
pelajaran di masa kini dan masa depan. Oleh karena itulah Rasulullah SAW
menganjurkan umatnya untuk berpuasa di hari 10 bulan Muharram (asyuro’)
untuk memperingati kemenangan Nabi Musa AS atas Raja Fir’aun. Demikian tersebut
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas Radiyallahu ‘anhu
dalam Shahih Bukhari No. 1900,
قَدِمَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِيْنَةَ فَرَأَى اليَهُوْدَ
تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاء فَقَالَ:ماَ هَذَا؟ قَالُوْا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ
هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ
مُوْسَى. قَالَ: فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ
بِصِيَامِهِ
“Tatkala Nabi
Shallallahu’alaihi wasallam datang ke Madinah, beliau melihat orang-orang
Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya,
“Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari
ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘Alaihissalam
berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Saya lebih
berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi).” Maka beliau berpuasa pada
hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”. [HR Al Bukhari]
Kesadaran Rasulullah SAW atas
pentingnya nilai sejarah haruslah kita teladani. Diantara bukti peneladanan
tersebut tentu saja dengan mengadakan peringatan maulid Nabi kita sendiri.
Alasan KELIMA adalah sebuah hadits yang dijadikan landasan oleh as-Suyuthi
dalam kitabnya Husnul Maqashid fi ‘Amalil
Maulid bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad SAW mengakikahkan dirinya setelah
menerima wahyu kenabian. Padahal telah diriwayatkan bahwa Abdul Muthallib, sang
kakek Rasulullah itu, telah mengakikahkannya pada hari ke tujuh setelah
kelahirannya, sedangkan akikah tidak perlu diulang dua kali. Oleh karena itu,
menurut As-Suyuthi hadits ini memiliki makna lain bahwa apa yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT yang telah
menciptakannya sebagai rahmat bagi seluruh alam serta penghormatan untuk semua
umatnya. Sebagaimana beliau bershalawat atas dirinya sendiri. Oleh sebab itu,
kita juga disunnahkan untuk memperlihatkan rasa syukur atas kelahiran Rasulullah
SAW dengan berkumpul sesama saudara, kawan, memberi makan fakir miskin serta
bentuk-bentuk peringatan lain yang menunjukkan kebahagiaan.
Alasan KEENAM adalah keterangan dari beberapa hadits yang mengistimewakan
hari Jum’at sebagai hari kelahiran Nabi Adam AS. Hal ini bisa dijadikan qiyas (analogi) kemuliaan hari kelahiran
Rasulullah SAW. Dalam sunan at-Turmudzi hadits no. 491, Rasulullah SAW
menyatakan bahwa:
خيريوم
طلعت فيه الشمس يوم
الجمعة فيه خلق أدم
“Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, hari diciptakannya nabi
Adam”.
Begitu juga yang diriwayat
an-Nasa’ai dan Abu Daud dengan sanad Sahih bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إن
من أفضل أيامكم يوم
الجمعة فيه خلق أدم
وقبض وفيه النفخة وفيه
الصعقة فأكثروا علي من
الصلاة فيه فإن صلاتكم
معروضة علي
“Sesungguhnya hari yang paling mulia diantara hari-hari kalian adalah
hari jum’at. Pada hari itulah Adam diciptakan, diwafatkan, ditiupkan ruh dan
dibangkitkan. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku (kepada Rasulullah saw) pada
hari itu. Sesungguhnya shalawat kalian akan sampai padaku…”
Sebenarnya objek kajian dalam dua
hadits di atas tidak sekedar keistimewaan hari Jum’at tetapi momentum yang
termuat di dalamnya yaitu hari kelahiran, hari kewafatan dan hari kebangkitan
Nabi Adam AS sebagai bapak manusia. Dengan kata lain, kemuliaan dan keagugan
itu sama sekali tidak mengacu pada hari itu sendiri. Melainkan pada apa yang
pernah terjadi pada hari itu. Dengan demikian, ia bisa diperingati
berulang-ulang, baik setiap minggu, atau setiap tahun sebagai wujud rasa syukur
kepada Allah ata nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Jadi jelas kan kenapa orang
NU membaca Maulid seperti barzanji, dhiba’, dll setiap malam jum’at? Ya karena
kita memperbanyak sholawat di malam Jum’at. Karena hadits di atas pun mengatak
demikian.
Selaras dengan hal itu adalah
alasan KETUJUH yang mengambil
pelajaran dari kisah para nabi (Nabi Yahya, Nabi Isa, dan Maryam ) yang
diceritakan dalam Al-Qur’an dengan tujuan meneguhkan hati Rasulullah SAW
sebagai seorang rosul. Sebagaimana disebutkan dalam surat Hud ayat 120:
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.”
Artinya, kisah-kisah Nabi yang
diceritakan Allah swt kepada Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur’an sebenarnya
bertujuan untuk menguatkan hati Rasulullah SAW. Maka kisah tentang kehidupan
Rasulullah SAW (sirah nabi) yang disebut-sebut dalam acara maulidurrasul
berfungsi sebagai peneguh hati (kita) umatnya. Bukankah hal ini sebuah kebaikan
dan perlu dilestarikan? Sekali lagi tahu kan kenapa kami orang NU selalu dan
selalu memperingati Maulid gak cuma setiap tahun, tapi SEPANJANG tahun?
Alasan KEDELAPAN adalah
alasan yang bersifat sosiologis. Peringatan Maulid Nabi merupakan wasilah untuk
melaksanakan berbagai macam kebaikan, apalagi tradisi masyarakat kita yang
selalu melaksanakan bersama-sama. Secara otomatis hal ini akan menambah syiar
agama Islam itu sendiri sebagaimana dengan shalat Jum’ah. Dan lebih dari itu
perkumpulan ini selalu menuntut berbagai macam kegiatan yang baik-baik. Sebut
saja pengajian, majlis ta’lim, berdzikir, bersedekah dan yang pasti adalah
membaca shalawat dan menutur cerita kehidupan Rasululllah SAW. Seperti yang
diperintahkan oleh Allah swt dalam Surat al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu sekalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya
menerangkan makna ayat tersebut bahwa Allah SWT menunjukkan kepada manusia
derajat tingginya Rasulullah SAW, sehingga Allah SWT membacakan shalawat
kepadanya. Dan memerintahkan semua manusia dan juga para malaikat untuk
bershalawat juga.
Perintah bershalawat kepada
Rasulullah SAW dan bukanlah sesuatu yang dilarang bahkan Rasulullah SAW
memperbolehkannya. Demikian yang diceritakan oleh sebuah hadits sebagaimana
disebut dalam shahih al-Bukhari yang diriwayatkan oleh Salmah bin al-Akwa’:
“Kami berperang bersama Rasulullah SAW dalam perang Khaibar. Saat itu
kami berangkat pada malam hari. Lalu ada seorang lelaki berkata kepada Amir bin
Akwa’ “maukah kamu memperdengarkan kepada kami bait-bait syairmu?” Amir adalah
seorang penyair. Lalu dia tinggal beberapa waktu dan bersyair:
Tidak kami maupun mereka akan
mendapatkan petunjuk jika bukan karenamu
Tidak juga kami akan
bersedekah atau bersembahyang
Maka maafkanlah kami ketika
membelamu
Dan tetapkanlah kaki kami
ketika bertemu musuh
Berikanlah ketenangan atas
kami
Sungguh jika kami diseur, kami
akan datang
Itu menunjukkan bahwa sholawat kepada
Nabi yang bermacam-macam bentuknya seperti sekarang itu sebenarnya sudah ada
sejak zaman Rasulullah SAW dulu. Sama seperti sholawat yang dilantunkan kaum
Anshor ketika menyambut kedatangan Nabi. Anehnya kenapa ada orang-orang yang
bilang kalau sholawat itu Bid’ah
bahkan Dlolalah? Pfffffffttt. Gimana
ya gue ngomongnya, pakai otak dong bung kalau ngomong!
Alasan KESEMBILAN adalah
Surat Yunus ayat 58 yang berbunyi
قل
بفضل الله وبرحمته وبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون
“Katakanlah dengan karunia
Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan
rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan.” (Yunus:
58)
Apakah yang dimaksud dengan
rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para mufassir berbeda
pendapat mengenai hal ini. Namun dalam ulumul qur’an diterangkan
bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain merupakan bentuk
penafsiran yang paling kuat. Karenanya as-Suyuthi dalam ad-Durrul
Mantsur menafsirkan kata rahmat dengan Surat al-Anbiya ayat 107:
وماأرسلناك
إلا رحمة للعالمين
Dan tiadalah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (al-Anbiya:
107)
Sebagaimana dikutip dari Ibnu
Abbas:
وأحرج
أبو الشيخ عن ابن عباس فى الأية قال: فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه
وسلم : قال الله (وما أرسلنك إلا رحمة للعالمين)
“Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah SWT adalah ilmu dan rahmat-Nya
adalah Nabi Muahammad SAW. Allah SWT telah berfirman (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam)” (al-Anbiya:
107)
Maka menjadi jelas bahwa
Rasulullah SAW memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad
raya. Maka kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi “hendaklah
mereka bergembira” secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambit
gembira atas rahmat tersebut. bukankah ini alasan yang sangat penting mengapa
kita harus bergembira menyambut maulidurrasul?
Sedangkan alasan yang KESEPULUH pentingnya
memperingati maulidurrasul adalah tidak adanya hukum yang
jelas-jelas MELARANGNYA. Meskipun melaksanakan peringatan maulid juga bukanlah
termasuk ibadah tauqifiyah. Namun peringatan ini seringkali
menjadi wahana mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang tentu saja sangat
dianjurkan.
Oleh karena itu, jika kacamata
syari’at mengategorikan berbagai macam praktek ibadah menjadi dua yaitu yang
disenangi dan dibenci, maka memperingati hari Maulid dapat dikategorikan
sebagai ibadah yang disenangi syariat.
Demikianlah sepuluh alasan
mengapa umat muslim perlu memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW yang
dijabarkan oleh Omar Abdullah Kamel dalam kitabnya Kalimatun Hadi’atun
fil Bid’ah, Kalimatun Hadi’atun fil Ihtifal bi Maulid, Kalimatun Hadi’atun fil
Istighatsah.
Oke sekian dulu tulisan gue kali ini. Panjang banget bin
ngkloter-ngkloter emang, tapi insya Allah bermanfaat. Semoga bagi kita,
khususnya orang NU, yang memang selama ini sudah memperingati Maulid Nabi,
semoga kita semakin yakin dan semakin bersemangat dalam menjalankannya. Bagi lo
yang masih ragu atau belum yakin dengan peringatan Maulid Nabi, semoga dengan
membaca ini lo bisa yakin untuk memperingati kelahiran Nabi besar junjungan
kita ini.
Sekian dari gue. Wallahul muwafiq ila aqwamiththoriq, tsummassalamu ‘alaikum
wa rahmatullahi wa barakatuh.